Charger


Layaknya handphone yang selalu ingin di tambah dayanya agar lebih kuat dan terang cahayanya. Begitupun dengan iman. Bahkan yang imannya sudah terjamin pun bisa terkalahkan karena tidak pernah di cash kembali

Seiring pertemuan dengan berbagai lingkungan. Kita bakalan di pertemukan dengan apa-apa yang membuat kita terkejut. Boleh jadi karena kebiasaan yang berbeda atau karena tidak pernah berada di lingkungn yang sama.

Yang tadinya baik, tiba-tiba berubah jadi buruk. Yang tadinya mengarah kepada kebaikan terus, pada akhirnya tergoyahkan karena tindihan dari berbagai arah.

Kalau keadaan sudah seperti itu, alih-alih menyalahkan lingkungan malah terbawa dari pertahanan yang telah di rawat dari jauh hari atau bahkan telah tertanam. Tanpa  tersadar tanaman itu patah atau bahkan tercabut sampai akar, dengan mudah di goyahkan dan terbawa angin sepoi² dan tidak sadar anginnya begitu kencang (nafsu)

Sebenarnya tidak bisa juga mentah-mentah menyalahkan lingkungan. Karena zaman atau lingkungan itu dinamis tidak satagnan.
Namun kita yang harus membentengi diri bukan malah menyalahkan yang lain dan tidak mau bergaul sama yang lain. Mengurung diri seolah-olah dunia ini sangat sempit

Itu makanya men charger diri juga perlu, bukan hanya selalu di beri asupan yang nyatanya kebodohan. Bergaul sama orang yang mengantrkan kepada kebaikan, membaca dengan bijak, menonton sesekali motivasi, mendengar ceramah untuk menambah amunisi
Karena kita hari ini hasil dari 
Apa yang kita baca, apa yang kita dengar, dan apa yang kita lihat. Tanpa sadar alam bawah sadar merekam apa yg telah kita dengar, dan lihat

Seperti halaqah yang pergi dari segala noda dan pulang dengan kembali bersih. Bersih maksud nya tersadar dari kesalahan yang telah di perbuat karena nasehat-nasehat yang di berikan oleh guru, (bagi yang sadar). Makanya tidak jarang dari sebagian kita kalau sudah ikut kajian terasa tertampar-tampar karena berada di dunia bebas. Namun tamparan itulah yang membuat kita tersadar kembali

Mencharger diri bukan hanya menggunakan daya nya tanpa mau menambahnya. Setidaknya ketika melakukan maksiat tertutupi dengan kebaikan lainnya, bukan terus-terusan mengalah sama setan. Karena setan begitu halus mempermainkan manusiaa, namun kita aja yang kurang sadar 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ke Absurd-an Legislator Pemrakarsa Asa

Memecahkan celengan RND

Penantian terhenti